BERITA LPM ASPIRASI

PLENO & MUSLUB DEMA YANG TERTUNDA
Pelaksanaan Pleno dan Musyawarah Luar Biasa (MUSLUB) DEMA BSID FBS UNM periode 2010-2011 yang seharusnya telah dilaksanakan jauh sebelumnya mengingat pergantian nama BSID menjadi BSI telah lama dipatenkan, sehingga DEMA harus mengganti nama dari DEMA BSID FBS UNM menjadi DEMA BSI FBS UNM. Akan tetapi, harapan terwujudnya hal tersebut baru akan terlaksana pada minggu (9/01). Sebuah realitas yang tak patut dijadikan contoh. Sangat ironi, sebagai lembaga tertinggi di jurusan BSI yang seharusnya menjadi panutan untuk lembaga di bawahnya malah berbalik memberi contoh yang tidak semestinya.

Pleno seharusnya dilaksanakan pada November 2010 yang lalu tertunda dengan alasan adanya kesibukan agenda dari DEMA sehingga pleno yang mendapat imbas dari permasalahan ini. Selain itu, lambatnya pelaksanaan Pleno DEMA kabarnya diakibatkan oleh lembaga yang ada di bawah naungannya, hal tersebut dinyatakan oleh Ono selaku ketua umum DEMA. “Karena teman-teman di bawah naungan DEMA belum menembuskan hasil pleno masing-masing,” tuturnya saat ditemui di bundaran depan DG 101.

Namun, hal yang berbeda diungkapkan oleh salah satu dewan pengawas DEMA, Armin susanto saat ditemui di depan DG 101 mengungkapkan bahwa MUSLUB belum terlaksana disebabkan pihak pengurus Dewan Mahasiswa menunggu kepulangan ketua Jurusan BSI yang saat itu berada di Australia selama sekitar dua bulan. “Sampai saat ini tembusan SK dan LPJ pleno DEMA belum diterima oleh dewan pengawas DEMA BSID FBS UNM,” tambahnya.

Menyinggung tentang kepanitiaan pleno, menurutnya sekretaris DEMA telah memberikan SK tersebut kepada Dewan Pengawas, tetapi menurutnya SK itu tidak sah karena masih memiliki kekurangan. Namun, ketika dikonfirmasi ditempat yang sama, Soedarsono menegaskan bahwa SK telah selesai dibuat sedangkan LPJ selesai pada kamis malam (06/01).

Mengenai kepanitian Pleno dan Muslub, selain pengurus DEMA juga mengikutkan SOMPU, angkatan 2010 yang mengikuti PKIP di Somba Opu kemarin sebagai panitia. (IT, E51, TT)

BANTUAN TAK TERSALURKAN, SEKRETARIAT FEMA JADI PENAMPUNG


Sebagai warga negara yang peduli terhadap sesama, sewajarnyalah ketika saudara setanah air kita terkena bencana, maka dalam hati kecil kita tergoyah untuk membantunya.

Melihat realitas alam kita saat ini yang tidak lagi stabil, berulangkali bencana terjadi di negeri ini dari ujung timur sampai ujung barat. Mulai dari banjir bandang di tanah Wasior Papua, meletusnya gunung Merapi di Jogjakarta, Tsunami di Mentawai dan masih banyak lagi bencana yang telah terjadi.

Sebagai bentuk solidaritas untuk korban Merapi dan Mentawai, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) mengadakan posko peduli Merapi dan Mentawai beberapa minggu yang untuk mengumpulkan pakaian layak pakai dan uang yang nantinya akan disumbangkan kepada saudara-saudara kita yang sedang mengalami penderitaan akibat bencana alam.

Posko peduli Merapi dan Mentawai akhirnya berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 2.500.000,00 dan pakaian layak pakai. Besar harapan para penyumbang agar bantuan dapat tersalurkan dengan baik sehingga dapat meringankan beban korban bencana alam.

Bantuan untuk korban bencana Merapi dan Mentawai yang diserahkan langsung oleh Ahmad Jamir yang akrab dipanggil Ahyar selaku Presiden Federasi Mahasiswa (FEMA) kepada pihak media yang diwakili oleh Echa dan disaksikan oleh sebagian besar mahasiswa FBS UNM pada saat peringatan Hari Pahlawan.

Namun, bulan telah berganti dan tahun pun telah berlalu. Di sekretariat Fema masih tersimpan tumpukan karung yang ternyata berisi pakaian bekas untuk korban bencana Merapi dan Mentawai. Kekecewaan pun muncul dari berbagai pihak. “Saya merasa kecewa karena kenapa pakaian itu belum juga disalurkan kepada korban Merapi dan Mentawai padahal mahasiswa FBS menyumbang untuk korban Merapi dan Mentawai,” ungkap Chiby mahasiswa eksponen 10, ia juga berharap agar pakaian itu disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya. Lain pula yang diungkapkan oleh salah satu panitia penyelenggara. ”Sebenarnya pakaian itu kami mau salurkan tapi karena kepengurusan yang tidak becus mengurus makanya sampai sekarang pakaian itu belum disalurkan”.

Pihak FEMA telah mencoba menyalurkannya melalui media Fajar. Namun, pihak Fajar tidak bisa memfasilitasinya. Hanya uang yang terkumpul itu yang telah disalurkan melalui rekening di Metro TV. Pengurus FEMA tidak patah arang untuk hal ini. “Pakaian yang ada di sekret FEMA akan kami salurkan ke panti asuhan dari pada pakaian itu tidak disalurkan lebih baik dimanfaatkan untuk anak-anak panti asuhan,” ungkap salah satu pengurus FEMA. Bantuan akan tetap tersalurkan, bukan lagi untuk korban bencana Merapi dan Mentawai melainkan untuk anak-anak panti asuhan.

Hingga berita ini diturunkan, tumpukan karung yang berisi pakaian bekas tersebut masih setia menjadi penghuni sekret FEMA. (ic6,wt6,103)

5 PEGAWAI HARIAN FBS UNM TERANCAM DIRUMAHKAN.
 Sore itu, cuaca tampak bersahabat berbagai aktivitas terlihat dari para civitas akademik yang mulai menyepi. Tinggal gazebo yang menjadi objek keramaian dari segelintir mahasiswa yang bercengkrama dengan asyiknya. Di ruang kelas yang tak jauh dari tempat tersebut terlihat Pak Abbas yang sedang sibuk dengan sapu ditangannya, membersihkan ruang-ruang kelas yang tak lagi bersih.

Pak Abbas yang berprofesi sebagai tukang sapu di kampus FBS UNM ini tengah dirundung kegelisahan, pasalnya pria separuh baya ini terancam dirumahkan oleh pihak birokrasi kampus lantaran faktor usia.

“Saya sudah mendapat panggilan dari atas bahwa rencananya saya akan diberhentikan karena usia saya yang sudah tidak memungkinkan untuk bekerja, padahal saya merasa masih sanggup untuk bekerja di sini,” ungkap pria beranak enam ini.

Pernyataan dari birokrasi tersebut tak dapat ditampik oleh Pak Abbas sebab pernyataan tersebut turun langsung dari birokrasi. Namun belum dapat dipastikan bahwa pernyataan tersebut resmi diajukan atau tidak, lantaran masih menunggu hasil keputusan dekan yang memiliki wewenang dalam hal ini.

Profesi sebagai tukang sapu ini merupakan satu-satunya sumber penghasilannya, dengan gaji sebesar tujuh ratus ribu perbulan menjadi nafkah untuk istri dan keenam anaknya. “Saya bekerja di sini mulai dari tahun 2001 dan ini hanyalah pekerjaan satu-satunya karena untuk menjadi pegawai saya pikir tidak ada jatah buat saya,” tambahnya sambil menata kursi-kursi yang berada di ruangan DH 103.

Ditemui ditempat berbeda, Iskandar, Kasubag Kemahasiswaan sebagai wakil birokrasi yang sempat kami wawancarai terkait hal ini, mengiyakan pernyataan tersebut. “Pegawai akan diberhentikan jika usianya sudah mencapai batas maksimal sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Semua diatur oleh aturan bukan kami yang mengada-ada dan secara sepihak memberhentikan. Begitupula dengan gaji, setelah dirumahkan pegawai bersangkutan akan mendapat tunjangan gaji dalam waktu beberapa bulan, dan itu semua masih diatur oleh peraturan undang-undang yang telah ditetapkan dari atas,” jelas Iskandar dengan ramah saat ditemui diruangannya.

Tak hanya Pak Abbas yang bertugas membersihkan di lantai dasar dan sebagai juru kunci setiap ruangan yang mendapat ancaman diberhentikan, empat orang pegawai harian lainnya yang bekerja di kampus Ungu ini juga masuk dalam daftar karyawan yang akan diberhentikan karena faktor usia, yakni istri Pak Abbas yang berprofesi sebagai tukang masak, Daeng Nawang dan Daeng Ngai yang bertugas membersihkan di sekitar lapangan, dan Daeng Paling yang bertugas di lantai dua dan tiga.

Disinggung soal penggantian tenaga kerja dengan yang lebih muda, Pak Abbas dan Pak Iskandar tidak tahu menahu dalam masalah ini, sebab semuanya masih butuh proses dan hasil keputusan dari pimpinan yang lebih berwenang terkait dalam hal ini. (Nty)
SASTRA 2009 “MENGGUGAT RAHASIA DAN SOSIALITAS”

Pukul 19.00 wita, Mahadi membuka pertunjukan dengan Sajak Bisu karya Andhika Mappasomba, Kamis (6/01). Suasana gelap langsung menyapa sekitar seratus pasang mata di ruang pementasan gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), tempat berlangsungnya pagelaran sastra "Menggugat Rahasia dan Sosialitas" serta peluncuran novel “Infinitum” karya Dr. Ahyar Anwar, M.Si.

Pementasan tersebut merupakan tugas akhir untuk mata kuliah keterampilan berpuisi yang diampu oleh Rosita Desriani, S.S., untuk mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia semester tiga. Pementasan tersebut ditangani langsung oleh penulis buku Mawar dan Penjara, Andika Mappasomba.

Budiman Sukma selaku ketua panitia muncul dari balik jendela lantai dua sambil membacakan puisi karya Aslan Abidin, Bahaya Laten Malam Pengantin yang membuat penonton terpukau. Tata panggung yang apik dan iringan musik dari band asal Bulukumba, Laskar Kelor, ikut memeriahkan acara malam itu.

Tak kurang lima belas judul puisi karya penyair seperti Andika Mappasomba, Aslan Abidin, Khalil Gibran, Budi Utamy dibacakan. Acara terebut juga menampilkan peluncuran novel Infinitum karya Ahyar Anwar. Sebelum Dr. Ahyar Anwar naik ke panggung, salah satu mahasiswa sastra, Alfian, membacakan puisi dengan judul yang sama dengan novel tersebut. Dengan gaya atraktif Alfian berhasil memukau penonton yang hadir. Beberapa saat kemudian, Sang penulis, Ahyar Anwar naik ke atas panggung membawakan pengantar untuk novel kesekiannya itu. Pementasan malam itu ditutup dengan penampilan puisi oleh Andika Mappasomba yang berhasil membuiat penonton berdiri dan bertepuk tangan.

Pukul 23.15 Wita acara selesai. Aspirasi menyempatkan untuk mewawancarai Dr. Ahyar Anwar, M.Si., yang malam itu telah meluncurkan novel terbaru. Dengan mengenakan pakaian santai ia melemparkan senyum ramah ketika kami mulai melontarkan beberapa pertanyaan. “Acara seperti ini sangan bagus, kreatif, positif, menonjolkan kerja sama, serta baik untuk memotivasi diri,” paparnya.

Ketika diminta pendapatnya mengenai lokasi pementasan yang bukan dalam lingkungan kampus, dia menyatakan bahwa kampus susah mengapresiasi pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan kreativitas mahasiswa seperti itu. “Seharusnya kampus menyediakan gedung kesenian mahasiswa, agar jika ada kegiatan seperti ini mahasiswa bisa diwadahi. Apalagi sebentar lagi, bulan April kita akan memperingati hari sastra.” Harapnya, dosen-dosen di kampus khususnya di jurusan mau mendukung kegiatan kreatif mahasiswa, karena menurutnya dosen-dosen di jurusan BSI terkesan tidak mau tahu dengan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya positif itu

Harapan yang sama juga dipaparkan Alfian, salah satu mahasiswa yang tampil malam itu. Dia berharap ke depannya semua masyarakat BSI, termasuk birokrasi mau mengapresiasi kegiatan mahasiswa semacam ini. “Semoga tahun depan lebih baik lagi dan pesan saya untuk mahasiswa yang mau mengadakan pementasan agar jadwal latihannya lebih diatur agar tidak mendapatkan kesulitan saat mendekati hari pementasan,” tutupnya. (nvy, ReA, APA)


WAWANCARA KHUSUS

Ruangan jurusan BSI nampak ramai ketika kami hendak menemui sekretaris jurusan untuk melakukan wawancara perihal tindak lanjut dari dialog akademik yang dilaksanakan oleh jurusan BSI. Melihat suasana yang begitu ramai maka tiada kata yang patut kami katakan saat itu selain dari kata menunggu. Namun, kata menunggu itu ternyata dapat kami pecahkan dengan kata sabar, karena dengan kata sabar itulah telah mengantarkan kami pada apa yang kami harapkan.

Suasana cukup lengang ketika tiba giliran kami untuk bertemu sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, kertas-kertas yang ada di atas meja seakan-akan menyapa kami dalam gerakan halusnya yang dihembus angin. Kami kemudian duduk di kursi tamu sebelum akhirnya kami dipersilahkan oleh sekretaris jurusan untuk duduk di kursi yang terletak tepat di depan mejanya. Dengan wajah berseri, sekretaris jurusan menyambut kami. Akhirnya, wawancara yang kami harapkan dapat terlaksana dengan baik. Berikut kutipan wawancara kami dengan sekretaris jurusan.

Bagaimana tindak lanjut Jurusan mengenai hasil Dialog akademik?

Ada usaha untuk meingkatkan kualitas jurusan . Tali silaturahmi perlu diberdayakan antara dosen dan mahasiswa agar tidak ada sekat diantara keduanya. Langkah awal yaitu untuk mahasiswa yang memperoleh beasiswa PPA dan BBM, itu dulu sebagai upaya mencintapkan situasi kondusif dan hubungan silatuhrahmi atu hubungan islamiah. Kalau intelek khusus untuk yang akan selesai, di rencanakan mengikuti tes kemapuan akademik dan tes kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mengapa di wacanakan tes TPA dan UKBI?

Karena jurusan merasa bertanggung jawab pada mahasiswa menghadapai pasar global. Khususnya kalau mau menjadi guru harus mengikuti jalur PPG. Dalam jalur PPG itu ada tes yang antara lain, tes yang kedua itu. ”Jadi bukan mencari dana,” lanjutnya.

Bagaimana teknis pelaksanaannya?

Kebijakan tak bisa langsung dilaksanakan karena hal ini bukan untuk kepentingan sesaat tapi untuk kepentingan jangka panjang. Untuk teknisnya kita bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait seperti bekerja sama dengan pihak Balai Bahasa karena kita cuma fasilitator.

Bagaimana dengan asuransi mahasiswa?

Itu juga baru wacana. Kita sebagai masyarakat kampus harus peka dengan perkembangan situasi dan kondisi. Asuransi itukan sudah hal lama sebenarnya dan sudah diberlakukan di universitas lain seperti UGM. Asuransi ini seperti jaminan keselamatan, saya belum tahu banyak yang jelas bukan seperti jaminan Allah. Hal ini minimal untuk mempermudah penyelesaian masalah yang tak terduga/ resiko tak terduga.

Bagaimana tanggapan anda mengenai dana yang sempat menjadi sorotan saat Dialog Akademik?

Saya kurang sependapat dengan seseorang yang memojokkan saat itu. Selain itu, dana 70 % yang mengalir di jurusan juga terkesan tidak lancar. (MR/CT/IR/IM)

0 komentar: