LPM ASPIRASI

 Edisi, XV Desember 2010
 DIALOG AKADEMIK, UPAYA MENUMBUHKAN BSI 
Parangtambung (28/12), birokrasi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengadakan Dialog Akademik dengan mengusung tema “menciptakan atmosfer kampus yang kondusif dan intelek”.

Tak berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lembaga kemahasiswaan, kegiatan dialog akademik yang dipelopori oleh birokrasi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra melenceng dari jadwal sebelumnya, yakni pukul 09.00 wita di ruang DG 101. Suasana masih nampak sepi, hanya ada ketua jurusan, ketua prodi pendidikan, ketua prodi sastra dan beberapa orang dosen serta beberapa orang mahasiswa, termasuk koordinator badan pengawas DEMA BSID FBS UNM yang tampak sibuk mencari peserta dialog akademik. Menurutnya, dia kecewa karena pengurus lembaga kemahasiswaan kurang mengapresiasi dialog akademik.

Beberapa saat kemudin, mahasiswa mulai memenuhi ruangan DG 101, termasuk ketua umum LK BSI. Ruangan yang seyogyanya digunakan untuk perkuliahan untuk satu kelas saja tentu tak cukup untuk menampung semua mahasiswa di urusan BSI, beberapa mahasiswa pun terpaksa berdiri. Saat waktu menunjuk pukul 10.42 wita. Imran, mahasiswa eksponen 05 yang sebelumnya telah diunjuk ke depan untuk membuka acara. Pembahasan dialog Akademik yang petama kali diadakan jurusan ini terbagi tiga point utama

· Apresiasi terhadap tiga orang mahasiswa yang menjuarai iven diskala nasional;

· Dinding penghormatan untuk mahasiswa yang berprestasi;

· Upaya antisipasif yang diprogramkan jurusan;

Setelah pembukaan, acara dilanjut dengan sambutan ketua jurusan BSI FBS UNM, Dr. Ahyar Anwar, M.Si. Pria yang akrab dengan kaca mata di kepalanya ini memulai sambutannya dengan mengungkapkan kebanggaannya kepada ketiga mahasiswa jurusan BSI yang memenangkan lomba LIPI.

Setelah sambutan, ketiga orang tersebut diminta untuk ke depan, dan menceritakan pengalamannya saat mengikuti lomba . Dalam pemaparannya selain menceritakan tentang pengalamannya dalam mengikuti lomba dan mendeskripsikan sedikit tentang karyanya yang berjudul “Eksistensi penerapan Prinsip-prinsip Ammatoa Kajang di tengah perkembangan arus modernisasi”, Arham Rahman sempat mengkritik kondisi perpustakaan yang ada di UNM.

Setelah pemaparan tersebut, acara kemudian dilanjut dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Drs. Mayong Maman, M.Pd. Beberapa orang mengacukan pertanyaan kepada para pemenang dan beberapa kritik untuk jurusan.

Setelah pengapresasian terhadap mahasiswa yang menjuarai ivent, agenda dilanjutkan dengan dialog seputar jurusan, dalam paparannya ketua jurusan mengatakan akan membuat dinding penghormatan. “Bagi siapa saja yang berprestasi fotonya akan dipajang di dinding penghormatan,” ungkapanya. Mengenai perpustakaan yang banyak mendapat kritikan dari mahasiswa, dia mengatakan bahwa hal tersebut ada di luar kemampuan jurusan. “Saya sudah mengajukan beberapa judul buku tapi sampai sekarang tidak ada realisasi dari dekan,” lanjutnya. Pengalokasian dana pun menjadi sorotan utama jurusan terhadap fakultas termasuk untuk pengadaan perpustakaan ideal yang tidak ada.

Masalah memang tak pernah menjauh dari kehiduapan manusia, beberapa kritikan dan curhatan mahasiwa memoles dialog akademik ini, mulai dari masalah intensitas kehadiran dosen, penasihat akademik (PA) yang lagi-lagi tak sesuai harapan, masalah sistem kurikulum, tempat perkuliahan yang dipindahkan ke fakultas lain, hingga masalah pasca penghapusan dan Daerah pada nama jurusan.

Mengenai dosen yang jarang masuk, ketua jurusan menyatakan bahwa dosen tersebut akan mendapat sanksi selayaknya mahasiswa yang juga mendapat sanksi ketika melakukan kesalahan.

“Kalau ada masalah seperti ini kalian bisa mengadukannya kepada Pak Wardihan, selaku utusan fakultas yang mengontrol perkuliahan di jurusan BSI,” ujarnya. Sementara untuk PA, pihak jurusan mengaku sudah berulangkali mengingatkan dosen-dosen PA untuk menjalankan tanggung jawabnya.

Tambahnya, “Dulu pada saat periode Pak Rapi, kita pernah menjadwalkan waktu untuk konsultasi PA, namun tidak ada mahasiswa yang mengapresiasi”. Dan untuk masalah perubahan nama jurusan, ketua prodi BSI menceritakan kronologis perubahan nama Jurusan. Selanjutnya ketua jurusan memaparkan pengenai perencanaan pembentukan prodi baru, yakni prodi Bahasa Daerah”. Setelah mengapresiasi respon mahasiswa kini tibalah saatnya pembacaan program kerja jurusan yang dipaparkan oleh sekertaris jurusan yang meliputi:

· Pengadaan administrasi

Menurutnya, pengisian format daftar tamu yang dicanangkannya ini semata-mata untuk kepentingan administrasi untuk peningkatan akreditasi jurusan BSI yang sekarang masih B.

· Pemberian beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu dan berprestasi mulai semester tiga.

· Tahun depan mahasiswa yang akan selesai harus mengikuti tes potensi akademik dan tes uji kompetensi berbahasa Indonesia.

· Asuransi mahasiswa.

“Saya pikir komputer yang di laboratorium jurusan bisa dipergunakan oleh mahasiswa secepatnya, daripada menganggur,” tambah ketua prodi BSI, Dr. Juanda, M.Si. sambil melirik beberapa mahasiswa yang meninggalkan ruangan. selain itu dia juga berharap di jurusan BSI kelak ada satu ruangan yang kedap suara.

Waktu mengarah pada pukul 13.15 wita, seakan tak ingin membuat jurang perbedaan terlalu jauh dengan mahasiswa yang sudah lelah berada di ruang Dg 101, beberapa dosen yang ada di ruang dialog ikut meninggalkan ruangan. Tinggallah Pak Baharman, S.S.,S.Pd, yang menemani forum , sementara itu di pihak birokrasi ketua prodi pendidikan BSI juga tampak meninggalkan rekan dan atasannya.

“Apa langkah teknis jurusan untuk program kerja yang tadi dipaparkan? Kita butuh teknis dan tindakan supaya tidak mengambang,” tanggap Akhiruddin, mantan ketua umum DEMA BSID FBS UNM. (Ct, Ic, Wt,). 

Identitas Kampus, Almamater Hingga Kini Belum Menyentuh Mahasiswa Baru FBS



Tak terasa, hari demi hari, bulan demi bulan. Inaugurasi penyambutan Mahasiswa Baru kini telah berlalu seiring berjalannya waktu. Berbagai pengalaman dan cerita menarik mewarnai kisah hidup mereka dikala awal menginjakkan kaki dan mulai bernaung di kampus ungu ini.

Nampak kegembiraan dan kelegaan yang terpancar dari dalam diri para mahasiswa baru setelah mengikuti kegiatan Inaugurasi. Namun, tak sedikit yang agak kecewa lantaran kepemilikan almamater yang seharusnya sudah berada di tangan mereka sampai saat ini belum diketahui kejelasannya.

“Saya merasa rugi membayar dana PMB, karena sampai saat ini almamater belum diberikan,” ungkap Husni Thamrin, salah seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia angkatan 2010.

Kegiatan Inaugurasi PMB yang seharusnya bertepatan dengan pembagian almamater kepada setiap mahasiswa baru ini tidak berjalan layaknya tahun-tahun kemarin yang rutin dibagikan setiap diadakannya PMB.

Terkait pembayaran PMB sendiri, Abdul Kholik yang menjabat sebagai ketua panitia PMB Fakultas Bahasa dan Sastra menjelaskan dana pastinya sebesar 17 juta dan yang turun dari birokrasi ke jurusan sebesar 29 juta, dana tersebut terinci untuk biaya akomodasi, konsumsi, dll.

“Dana yang turun dari birokrasi tidak mencukupi untuk kegiatan Inaugurasi PMB tahun ini termasuk soal almamater, Pak Dekan menginginkan pembagian almamater dibagikan pasca inaugurasi saja. Namun, sampai saat ini almamater itu belum turun juga,” papar ketua panitia PMB yang sering dipanggil Ale ini.

Kurangnya dana yang turun membuat panitia Inaugurasi kewalahan sehingga membatasi segala pengeluaran demi tercukupnya dana hingga selesainya kegiatan inaugurasi. Dana PMB yang berasal dari Mahasiswa sendiri tak tahu kemana rimbanya, padahal mahasiswa telah membayar dana PMB untuk mengikuti kegiatan Inaugurasi tahun ini.

Hingga saat ini mahasiswa baru masih saja memperbincangkan PMB kemarin termasuk almamater yang belum sampai ke tangan mereka.(nty)

 PKIP SEPI PROTAGONIS

 

Hanya dua puluh mahasiswa Jurusan BSI Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar mengikuti kegiatan Pelatihan Kader Intelektual Progresif (PKIP) yang diadakan oleh Lembaga Kemahasiswaan DEMA BSID FBS UNM. Kegiatan yang merupakan salah satu dari program kerja lembaga tertinggi tingkat jurusan ini berlangsung selama tiga hari, 24-26 Desember 2010 di Benteng Somba Opu Rumah Adat Maros.

Sejumlah materi dijamukan kepada mahasiswa baru bahasa Indonesia, Protagonis 2010, diantaranya kepemimpinan, pengantar logika, metode persidangan, manajemen dan dinamika kelompok, manajemen konflik, manajemen aksi dan advokasi, serta perguruan tinggi dan kemahasiswaan. Selain itu panitia juga memberikan permainan seru.

“Akselerasi Identitas Sebuah Arah”, Begitulah bunyi tema yang diusung dalam rapat persiapan kegiatan PKIP yang merupakan usulan Steering Comitte dengan harapan melalui kegiatan Pelatihan Kader Intelektual Progresif (PKIP) 2010 maka animo berlembaga Mahasiswa Baru Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia akan meningkat dari sebelumnya yang memperlihatkan sikap cuek untuk bergabung dalam Lembaga Kemahasiswaan. Tema tersebut dianggap sinkron dengan kondisi realitas yang ditampakkan para kaum Protagonis. Kegiatan ini bertujuan untuk melahirkan kader-kader baru yang berkualitas dan tidak hanya mampu memimpin diri sendiri tetapi juga orang lain. Selain itu, kegiatan ini diadakan untuk mempererat tali silaturahmi antara mahasiswa pendidikan dan sastra di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Salah satu peserta PKIP, Desy, menyatakan alasannya ikut pengaderan ini karena memang dari awal dia sangat tertarik terhadap lembaga kemahasiswaan. “Kegiatan ini tidak membosankan dan bermanfaat. Saya tidak menyesal ikut PKIP karena saya bisa lebih dekat dengan kakak senior dan kawan– kawan yang lain,” tuturnya bersemangat.

Mengenai persoalan PKIP yang bertepatan dengan hari raya Natal, ketua umum DEMA BSID, Soedarsono menjelaskan bahwa minggu-minggu sebelumnya sudah digunakan oleh lembaga-lembaga yang ada di bawah naungan DEMA untuk melaksanakan pengaderan. “Jadi, dengan pertimbangan jumlah peserta, maka kami memutuskan tanggal 24-26 Desember untuk melaksanakan pengaderan,” ungkapnya. Mahasiswa BSI eksponen 07 ini sangat menyayangkan jumlah peserta yang jauh dari harapan. Padahal, menurutnya langkah sosialisasi yang dilakukan oleh Dema dan panitia pelaksana sudah sangat maksimal.

Faktanya, dari 110 orang jumlah total mahasiswa di Jurusan Bahasa dan Sastra, hanya berhasil ‘merangkul’ dua puluh dalam kegiatan ini. Jumlah peserta yang hadir sangat jauh dari perkiraan. Beberapa mahasiswa mengaku, baik yang ikut maupun yang tidak, awalnya mereka takut akan adanya kekerasan dalam acara tersebut. Kurangnya minat mahasiswa terhadap lembaga kemahasiswaan menjadi salah satu alasan kurangnya peserta. Selain itu, menurut beberapa mahasiswa yang tidak hadir, rata-rata dari mereka juga terkendala masalah izin orang tua dan acara bertepatan dengan hari raya Natal.

Sejak sosialisasi awal, panitia pelaksana beserta pengurus DEMA sudah menekankan bahwa dalam acara tersebut tidak ada kekerasan yang terjadi. “Hanya ada pemberian materi dan kegiatan seru lainnya, ” papar salah satu panitia pelaksana. Sebenarnya, kegiatan yang sangat bermanfaat ini bukan hanya ditujukan kepada mahasiswa yang berminat mengikuti lembaga tetapi juga untuk semua mahasiswa baru. Materi-materi yang diberikan juga bukan hanya seputar lembaga saja.

Beberap Protagonis 2010 berharap agar lembaga kemahasiswaan mau membuka diri untuk mereka yang tidak sempat mengikuti PKIP dan terus melakukan inovasi baru agar iklim berlembaga di lingkungan kampus semakin meningkat.

Kegiatan yang diikuti oleh dua puluh orang peserta tersebut dihadiri pula oleh enam belas orang pengurus dari DEMA BSID serta lebih kurang dua puluh orang panitia. Mengapa jumlah tersebut sangat jauh dari jumlah sebenarnya? Itulah pertanyaan yang muncul dibenak segelintir masyarakat BSI. Menilik pendapat Ketua Umum DEMA BSID FBS UNM yang dikonfirmasi mengenai ketidakhadiran beberapa pengurusnya mengatakan ada alasan yang sangat mendesak berupa kepentingan pribadi oleh masing-masing pengurusnya, dan mengenai kurangnya peserta PKIP dari Kaum Protagonis ia berpendapat bahwa kerja dari kepanitiaan masih kurang maksimal.

Abd. Haliq selaku Steering Committee pada kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut menyebutkan salah satu kendala yang menyebabkan kurangnya peserta adalah dari tidak adanya keinginan personal calon peserta itu sendiri. Mereka tidak memiliki antusiasme pada kegiatan yang bertempat di Rumah Adat Maros Benteng Somba Opu tesebut. Mengenai alasan, A. Batara Indra yang menjabat sebagai ketua panitia PKIP sependapat dengan SC. Menurutnya, mengenai tindak lanjut dari PKIP tetap diadakan kajian-kajian atau pendampingan terhadap Mahasiswa Baru bukan hanya anggota SOMPU atau nama angkatan PKIP 2010 ini. Untuk Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut diberi tugas untuk mengumpulkan masing-masing satu buah buku untuk disumbangkan pada perpustakaan Jurusan BSI yang tentu akan difungsikan oleh mereka juga serta seluruh masyarakat BSI. (nvy, rea, im, st)


Masalah LK BSI di urai dalam Rapat Koordinasi

 

Waktu berjalan begitu lambat ketika kami berusaha menempuh jalan panjang yang tak tentu arah, tetapi akan terasa begitu cepat ketika jalan panjang itu dapat kita tempuh dengan rasa sabar. Begitu pun dengan keadaan rapat koordinasi dewan mahasiswa dengan keempat lembaga yang dinaunginya yakni, Himaprodi PBSID, HMPS Sasindo, LPM Aspirasi, dan Bengkel Sastra yang dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2010 di Benteng Somba Opu. Diantaranya Himaprodi PBSID yang hasil plenonya belum ditembuskan ke Dema, badan koordinasinya yang tidak maksimal atau tidak pernah ikut rapat, dan manajemen waktu kegiatan yang bersamaan dengan Dema. Tidak hanya Himaprodi PBSID BSID FBS UNM saja tetapi juga ketiga lembaga lainnya.

Udin Prasetya, sekertaris umum Dema BSID FBS UNM menyatakan bahwa rapat koordinasi cukup lebar membahas tembusan hasil pleno dari empat lembaga yang belum sampai ke Dema. Bahkan HMPS Sasindo belum menembuskan hasil pleno dan program kerja (Proker) serta permohonan surat keputusan baru untuk pengurusnya.

Saat ditemui di panggung Daeng Pamatte, Kepala Suku Bengkel Sastra, Sumarlin, mengemukakan mengenai hasil Rapat Koordinasi oleh DEMA BSID FBS UNM banyak mengangkat masalah pendampingan para mahasiswa baru Jurusan Bahasa Indonesia, selain masalah kegiatan kelembagaan dari empat lembaga yang dinaungi Dema.

Tak hanya masalah keharmonisan jadwal keempat lembaga dan pendampingan untuk mahasiswa baru 2010, rapat koordinasi juga mengomentari masalah keaktifan para pengurus kelembagaan yang mulai berkurang. Dari empat lembaga dibawah naungan Dema, sampai saat ini baru dua lembaga yang menembuskan prokernya, sedangkan untuk hasil pleno sampai saat ini belum satupun lembaga yang menembuskannya. Diperjelas oleh ketua umum Dema BSID FBS UNM, Sudarsono, tembusan hasil pleno oleh lembaga-lembaga dibawahnya bersama dengan tembusan prokernya harus dimasukkan selambat-lambatnya satu minggu setelah rapat koordinasi, tetapi sampai hari Kamis (3/12) belum ada satu pun yang menembuskan hasil plenonya.

”Saya merasa, Dema mulai tidak dianggap oleh Biro dan Himpunan,“ curhat Ketua Dema saat ditemui di sela-sela kesibukannya.

Untuk masalah proker, Bengkel Sastra telah mengajukannya, dan tembusan hasil plenonya dijanjikan akan ditembuskan sebelum hari Minggu. Alasannya, belum ada perbaikan untuk hasil plenonya. Tak tanggung-tanggung, Kepala Suku Bengkel Sastra juga ikut menyinggung masalah ketidak harmonisan jadwal kegiatan antar lembaga termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Dema.(APA, MR)



MILAD KE-7 HIMAPRODI PBSID BERI KESAN TERSENDIRI



Suasana ramai tampak terlihat di gedung DG FBS UNM Senin (27/12). Pita berwarna-warni menghiasi langit-langit ruangan acara malam itu. Acara Simphoni bahasa Reuni Akbar dan Milad VII HIMAPRODI PBSID DEMA BSID FBS UNM dengan tema “Reinkarnasi Ekspresif 7 Tahun Himaprodi PBSID: Sebuah kisah yang khas” menghadirkan berbagai agenda kegiatan antara lain diskusi kebahasaan, kajian paket, bedah film, bursa buku, bedah buku, lomba menulis opini hingga puncak acara kegiatan simphoni bahasa, malam Apresiasi Milad. Acara yang sederhana namun cukup meriah ini dihadiri oleh para undangan, fungionaris lembaga hingga dosen dan Ketua Jurusan BSI. Acara dibuka dengan lantunan Bismillah dari pembawa acara. Dilanjutkan dengan sambuan ketua panitia, hingga sambutan ketua jurusan BSI. Acara terus berlangsung hingga pengumuman pemenang lomba opini yang diraih oleh Andi Syurganda sebagai pemenang pertama disusul adriani diurutan kedua dan dan Fatmawati AR di posisis ke tiga.

Wajah sumringah nampak mewarnai para undangan saat pengumuman dosen terkritis yang dianugrahkan kepada Dr. Mahmuda, M.Hum. dan dosen terfavorit, Muh. Saleh, S.Pd. M.Pd. Sorak-sorai menyambut hasil pengumuman tersebut. Tidak lupa para dosen terpilih tersebut memberikan wejangan untuk para pengurus Himaprodi. Waktu terus berjalan hingga akhirnya dua buah puisi disuguhkan oleh Amal Akbar dan Ketua Jurusan BSI, Ahyar Anwar yang ukup membuat peserta terhanyut. Sempat terekam wajah dewan pengarah Himaprodi, Akhiruddin terlihat khusyuk dan sendu menghayati puisi dari Amal Akbar.

Suasana masih ramai dan tampak hangat hingga acara puncak malam terakhir, peniupan lilin dan pemotongan kue Ulang tahun Himaprodi ke-7. Namun, sesempurna apapun konsep yang ditawarkan masih ada beberapa kendala yang dihadapi termasuk para panitia Simphoni Bahasa terutama ketua panitia.

Sambil menikmati lalapannya seusai acara, Asri Ismail selaku ketua panitia menyatakan bahwa ada salah satu agenda dalam simphoni bahasa yang tidak tepat waktu yaitu diskusi kebahasaan. Hal ini disebabkan adanya Miss Commuication yang mengakibatkan mundurnya waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bukan hanya itu, salah satu agenda simphoni Bahasa juga bersamaan dengan Technical Meeting PKIP. Selain itu, masalah minimnya dana, hingga kendala yang terakhir terjadi pada malam puncak Simphoni Bahasa yaitu terlambatnya pemutaran slide akibat kesalahan teknis. Tambahnya, hal tersebut tidak menyurutkan semangat panitia untuk berusaha maksimal untuk memeriahkan acara tersebut. ”Semoga kedepannya himaprodi bisa lebih baik,” harapnya.

Hal senada juga dilontarkan oleh ketua umum DEMA BSID periode 2010-2011. Tuturnya, Ia merasa bahagia dengan acara ini. Terlebih karena dirinya pernah berada dibawah naungan Himaprodi PBSID sebelum akhirnya dikukuhkan sebagai ketua umum DEMA. “Semoga Himaprodi tetap jaya, eksis, dan tetap menjaga kebersamaan dan silaturahmi,” ucapnya dengan senyum mengembang. Acara puncak malam itu memang sangat memberi kesan yang mendalam dimana para pengurus Himaprodi bertemu dan berkumpul. “Saya harap untuk kedepannya pengurus-pengurus sebelumnya di undang,” ucap salah satu dewan senior Himaprodi PBSID.

Ditemui di tempat yang sama saat acara kumpul-kumpul usai acara, Andi Karman, mantan ketua umum Himaprodi tahun 2004-2005 ini ketika ditanya mengenai perkembangan Himaprodi menyatakan bahwa sebenarnya kita tidak punya tolak ukur. “Setiap kepengurusan punya masa tersendiri, punya warna masing-masing, karena kondisi zaman yang berbeda,” tuturnya. Harapnya kepada anak-anak Himaprodi PBSID untuk jangan meninggalkan organisasi himpunan ini. Tambahnya lagi, karena cinta dan sayangnya pada Himaprodi dia rela 7 tahun bertahan di kampus ungu ini demi membimbing adik-adiknya menjalankan organisasi tersebut. Selain Himaprodi PBSID, pria kelahiran Ujung Pandang 4 Februari 1985 ini memiliki kesan tersendiri terhadap makna filosofi angka 7. Banyak hal yang ingin beliau ucapkan namun tidak dapat di ungkapkan. ”Hanya air mata yang bisa menjawab,” ucapnya pelan dengan genangan air mata disudut-sudut kelopak matanya.(Dsy)
 

Edisi, XVI Desember 2010 
 


PLENO & MUSLUB DEMA YANG TERTUNDA
Pelaksanaan Pleno dan Musyawarah Luar Biasa (MUSLUB) DEMA BSID FBS UNM periode 2010-2011 yang seharusnya telah dilaksanakan jauh sebelumnya mengingat pergantian nama BSID menjadi BSI telah lama dipatenkan, sehingga DEMA harus mengganti nama dari DEMA BSID FBS UNM menjadi DEMA BSI FBS UNM. Akan tetapi, harapan terwujudnya hal tersebut baru akan terlaksana pada minggu (9/01). Sebuah realitas yang tak patut dijadikan contoh. Sangat ironi, sebagai lembaga tertinggi di jurusan BSI yang seharusnya menjadi panutan untuk lembaga di bawahnya malah berbalik memberi contoh yang tidak semestinya.

Pleno seharusnya dilaksanakan pada November 2010 yang lalu tertunda dengan alasan adanya kesibukan agenda dari DEMA sehingga pleno yang mendapat imbas dari permasalahan ini. Selain itu, lambatnya pelaksanaan Pleno DEMA kabarnya diakibatkan oleh lembaga yang ada di bawah naungannya, hal tersebut dinyatakan oleh Ono selaku ketua umum DEMA. “Karena teman-teman di bawah naungan DEMA belum menembuskan hasil pleno masing-masing,” tuturnya saat ditemui di bundaran depan DG 101.

Namun, hal yang berbeda diungkapkan oleh salah satu dewan pengawas DEMA, Armin susanto saat ditemui di depan DG 101 mengungkapkan bahwa MUSLUB belum terlaksana disebabkan pihak pengurus Dewan Mahasiswa menunggu kepulangan ketua Jurusan BSI yang saat itu berada di Australia selama sekitar dua bulan. “Sampai saat ini tembusan SK dan LPJ pleno DEMA belum diterima oleh dewan pengawas DEMA BSID FBS UNM,” tambahnya.

Menyinggung tentang kepanitiaan pleno, menurutnya sekretaris DEMA telah memberikan SK tersebut kepada Dewan Pengawas, tetapi menurutnya SK itu tidak sah karena masih memiliki kekurangan. Namun, ketika dikonfirmasi ditempat yang sama, Soedarsono menegaskan bahwa SK telah selesai dibuat sedangkan LPJ selesai pada kamis malam (06/01).

Mengenai kepanitian Pleno dan Muslub, selain pengurus DEMA juga mengikutkan SOMPU, angkatan 2010 yang mengikuti PKIP di Somba Opu kemarin sebagai panitia. (IT, E51, TT)

BANTUAN TAK TERSALURKAN, SEKRETARIAT FEMA JADI PENAMPUNG


Sebagai warga negara yang peduli terhadap sesama, sewajarnyalah ketika saudara setanah air kita terkena bencana, maka dalam hati kecil kita tergoyah untuk membantunya.

Melihat realitas alam kita saat ini yang tidak lagi stabil, berulangkali bencana terjadi di negeri ini dari ujung timur sampai ujung barat. Mulai dari banjir bandang di tanah Wasior Papua, meletusnya gunung Merapi di Jogjakarta, Tsunami di Mentawai dan masih banyak lagi bencana yang telah terjadi.

Sebagai bentuk solidaritas untuk korban Merapi dan Mentawai, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) mengadakan posko peduli Merapi dan Mentawai beberapa minggu yang untuk mengumpulkan pakaian layak pakai dan uang yang nantinya akan disumbangkan kepada saudara-saudara kita yang sedang mengalami penderitaan akibat bencana alam.

Posko peduli Merapi dan Mentawai akhirnya berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 2.500.000,00 dan pakaian layak pakai. Besar harapan para penyumbang agar bantuan dapat tersalurkan dengan baik sehingga dapat meringankan beban korban bencana alam.

Bantuan untuk korban bencana Merapi dan Mentawai yang diserahkan langsung oleh Ahmad Jamir yang akrab dipanggil Ahyar selaku Presiden Federasi Mahasiswa (FEMA) kepada pihak media yang diwakili oleh Echa dan disaksikan oleh sebagian besar mahasiswa FBS UNM pada saat peringatan Hari Pahlawan.

Namun, bulan telah berganti dan tahun pun telah berlalu. Di sekretariat Fema masih tersimpan tumpukan karung yang ternyata berisi pakaian bekas untuk korban bencana Merapi dan Mentawai. Kekecewaan pun muncul dari berbagai pihak. “Saya merasa kecewa karena kenapa pakaian itu belum juga disalurkan kepada korban Merapi dan Mentawai padahal mahasiswa FBS menyumbang untuk korban Merapi dan Mentawai,” ungkap Chiby mahasiswa eksponen 10, ia juga berharap agar pakaian itu disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya. Lain pula yang diungkapkan oleh salah satu panitia penyelenggara. ”Sebenarnya pakaian itu kami mau salurkan tapi karena kepengurusan yang tidak becus mengurus makanya sampai sekarang pakaian itu belum disalurkan”.

Pihak FEMA telah mencoba menyalurkannya melalui media Fajar. Namun, pihak Fajar tidak bisa memfasilitasinya. Hanya uang yang terkumpul itu yang telah disalurkan melalui rekening di Metro TV. Pengurus FEMA tidak patah arang untuk hal ini. “Pakaian yang ada di sekret FEMA akan kami salurkan ke panti asuhan dari pada pakaian itu tidak disalurkan lebih baik dimanfaatkan untuk anak-anak panti asuhan,” ungkap salah satu pengurus FEMA. Bantuan akan tetap tersalurkan, bukan lagi untuk korban bencana Merapi dan Mentawai melainkan untuk anak-anak panti asuhan.

Hingga berita ini diturunkan, tumpukan karung yang berisi pakaian bekas tersebut masih setia menjadi penghuni sekret FEMA. (ic6,wt6,103)

5 PEGAWAI HARIAN FBS UNM TERANCAM DIRUMAHKAN.
 Sore itu, cuaca tampak bersahabat berbagai aktivitas terlihat dari para civitas akademik yang mulai menyepi. Tinggal gazebo yang menjadi objek keramaian dari segelintir mahasiswa yang bercengkrama dengan asyiknya. Di ruang kelas yang tak jauh dari tempat tersebut terlihat Pak Abbas yang sedang sibuk dengan sapu ditangannya, membersihkan ruang-ruang kelas yang tak lagi bersih.

Pak Abbas yang berprofesi sebagai tukang sapu di kampus FBS UNM ini tengah dirundung kegelisahan, pasalnya pria separuh baya ini terancam dirumahkan oleh pihak birokrasi kampus lantaran faktor usia.

“Saya sudah mendapat panggilan dari atas bahwa rencananya saya akan diberhentikan karena usia saya yang sudah tidak memungkinkan untuk bekerja, padahal saya merasa masih sanggup untuk bekerja di sini,” ungkap pria beranak enam ini.

Pernyataan dari birokrasi tersebut tak dapat ditampik oleh Pak Abbas sebab pernyataan tersebut turun langsung dari birokrasi. Namun belum dapat dipastikan bahwa pernyataan tersebut resmi diajukan atau tidak, lantaran masih menunggu hasil keputusan dekan yang memiliki wewenang dalam hal ini.

Profesi sebagai tukang sapu ini merupakan satu-satunya sumber penghasilannya, dengan gaji sebesar tujuh ratus ribu perbulan menjadi nafkah untuk istri dan keenam anaknya. “Saya bekerja di sini mulai dari tahun 2001 dan ini hanyalah pekerjaan satu-satunya karena untuk menjadi pegawai saya pikir tidak ada jatah buat saya,” tambahnya sambil menata kursi-kursi yang berada di ruangan DH 103.

Ditemui ditempat berbeda, Iskandar, Kasubag Kemahasiswaan sebagai wakil birokrasi yang sempat kami wawancarai terkait hal ini, mengiyakan pernyataan tersebut. “Pegawai akan diberhentikan jika usianya sudah mencapai batas maksimal sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Semua diatur oleh aturan bukan kami yang mengada-ada dan secara sepihak memberhentikan. Begitupula dengan gaji, setelah dirumahkan pegawai bersangkutan akan mendapat tunjangan gaji dalam waktu beberapa bulan, dan itu semua masih diatur oleh peraturan undang-undang yang telah ditetapkan dari atas,” jelas Iskandar dengan ramah saat ditemui diruangannya.

Tak hanya Pak Abbas yang bertugas membersihkan di lantai dasar dan sebagai juru kunci setiap ruangan yang mendapat ancaman diberhentikan, empat orang pegawai harian lainnya yang bekerja di kampus Ungu ini juga masuk dalam daftar karyawan yang akan diberhentikan karena faktor usia, yakni istri Pak Abbas yang berprofesi sebagai tukang masak, Daeng Nawang dan Daeng Ngai yang bertugas membersihkan di sekitar lapangan, dan Daeng Paling yang bertugas di lantai dua dan tiga.

Disinggung soal penggantian tenaga kerja dengan yang lebih muda, Pak Abbas dan Pak Iskandar tidak tahu menahu dalam masalah ini, sebab semuanya masih butuh proses dan hasil keputusan dari pimpinan yang lebih berwenang terkait dalam hal ini. (Nty)
SASTRA 2009 “MENGGUGAT RAHASIA DAN SOSIALITAS”

Pukul 19.00 wita, Mahadi membuka pertunjukan dengan Sajak Bisu karya Andhika Mappasomba, Kamis (6/01). Suasana gelap langsung menyapa sekitar seratus pasang mata di ruang pementasan gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), tempat berlangsungnya pagelaran sastra "Menggugat Rahasia dan Sosialitas" serta peluncuran novel “Infinitum” karya Dr. Ahyar Anwar, M.Si.

Pementasan tersebut merupakan tugas akhir untuk mata kuliah keterampilan berpuisi yang diampu oleh Rosita Desriani, S.S., untuk mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia semester tiga. Pementasan tersebut ditangani langsung oleh penulis buku Mawar dan Penjara, Andika Mappasomba.

Budiman Sukma selaku ketua panitia muncul dari balik jendela lantai dua sambil membacakan puisi karya Aslan Abidin, Bahaya Laten Malam Pengantin yang membuat penonton terpukau. Tata panggung yang apik dan iringan musik dari band asal Bulukumba, Laskar Kelor, ikut memeriahkan acara malam itu.

Tak kurang lima belas judul puisi karya penyair seperti Andika Mappasomba, Aslan Abidin, Khalil Gibran, Budi Utamy dibacakan. Acara terebut juga menampilkan peluncuran novel Infinitum karya Ahyar Anwar. Sebelum Dr. Ahyar Anwar naik ke panggung, salah satu mahasiswa sastra, Alfian, membacakan puisi dengan judul yang sama dengan novel tersebut. Dengan gaya atraktif Alfian berhasil memukau penonton yang hadir. Beberapa saat kemudian, Sang penulis, Ahyar Anwar naik ke atas panggung membawakan pengantar untuk novel kesekiannya itu. Pementasan malam itu ditutup dengan penampilan puisi oleh Andika Mappasomba yang berhasil membuiat penonton berdiri dan bertepuk tangan.

Pukul 23.15 Wita acara selesai. Aspirasi menyempatkan untuk mewawancarai Dr. Ahyar Anwar, M.Si., yang malam itu telah meluncurkan novel terbaru. Dengan mengenakan pakaian santai ia melemparkan senyum ramah ketika kami mulai melontarkan beberapa pertanyaan. “Acara seperti ini sangan bagus, kreatif, positif, menonjolkan kerja sama, serta baik untuk memotivasi diri,” paparnya.

Ketika diminta pendapatnya mengenai lokasi pementasan yang bukan dalam lingkungan kampus, dia menyatakan bahwa kampus susah mengapresiasi pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan kreativitas mahasiswa seperti itu. “Seharusnya kampus menyediakan gedung kesenian mahasiswa, agar jika ada kegiatan seperti ini mahasiswa bisa diwadahi. Apalagi sebentar lagi, bulan April kita akan memperingati hari sastra.” Harapnya, dosen-dosen di kampus khususnya di jurusan mau mendukung kegiatan kreatif mahasiswa, karena menurutnya dosen-dosen di jurusan BSI terkesan tidak mau tahu dengan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya positif itu

Harapan yang sama juga dipaparkan Alfian, salah satu mahasiswa yang tampil malam itu. Dia berharap ke depannya semua masyarakat BSI, termasuk birokrasi mau mengapresiasi kegiatan mahasiswa semacam ini. “Semoga tahun depan lebih baik lagi dan pesan saya untuk mahasiswa yang mau mengadakan pementasan agar jadwal latihannya lebih diatur agar tidak mendapatkan kesulitan saat mendekati hari pementasan,” tutupnya. (nvy, ReA, APA)


WAWANCARA KHUSUS

Ruangan jurusan BSI nampak ramai ketika kami hendak menemui sekretaris jurusan untuk melakukan wawancara perihal tindak lanjut dari dialog akademik yang dilaksanakan oleh jurusan BSI. Melihat suasana yang begitu ramai maka tiada kata yang patut kami katakan saat itu selain dari kata menunggu. Namun, kata menunggu itu ternyata dapat kami pecahkan dengan kata sabar, karena dengan kata sabar itulah telah mengantarkan kami pada apa yang kami harapkan.

Suasana cukup lengang ketika tiba giliran kami untuk bertemu sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, kertas-kertas yang ada di atas meja seakan-akan menyapa kami dalam gerakan halusnya yang dihembus angin. Kami kemudian duduk di kursi tamu sebelum akhirnya kami dipersilahkan oleh sekretaris jurusan untuk duduk di kursi yang terletak tepat di depan mejanya. Dengan wajah berseri, sekretaris jurusan menyambut kami. Akhirnya, wawancara yang kami harapkan dapat terlaksana dengan baik. Berikut kutipan wawancara kami dengan sekretaris jurusan.

Bagaimana tindak lanjut Jurusan mengenai hasil Dialog akademik?

Ada usaha untuk meingkatkan kualitas jurusan . Tali silaturahmi perlu diberdayakan antara dosen dan mahasiswa agar tidak ada sekat diantara keduanya. Langkah awal yaitu untuk mahasiswa yang memperoleh beasiswa PPA dan BBM, itu dulu sebagai upaya mencintapkan situasi kondusif dan hubungan silatuhrahmi atu hubungan islamiah. Kalau intelek khusus untuk yang akan selesai, di rencanakan mengikuti tes kemapuan akademik dan tes kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mengapa di wacanakan tes TPA dan UKBI?

Karena jurusan merasa bertanggung jawab pada mahasiswa menghadapai pasar global. Khususnya kalau mau menjadi guru harus mengikuti jalur PPG. Dalam jalur PPG itu ada tes yang antara lain, tes yang kedua itu. ”Jadi bukan mencari dana,” lanjutnya.

Bagaimana teknis pelaksanaannya?

Kebijakan tak bisa langsung dilaksanakan karena hal ini bukan untuk kepentingan sesaat tapi untuk kepentingan jangka panjang. Untuk teknisnya kita bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait seperti bekerja sama dengan pihak Balai Bahasa karena kita cuma fasilitator.

Bagaimana dengan asuransi mahasiswa?

Itu juga baru wacana. Kita sebagai masyarakat kampus harus peka dengan perkembangan situasi dan kondisi. Asuransi itukan sudah hal lama sebenarnya dan sudah diberlakukan di universitas lain seperti UGM. Asuransi ini seperti jaminan keselamatan, saya belum tahu banyak yang jelas bukan seperti jaminan Allah. Hal ini minimal untuk mempermudah penyelesaian masalah yang tak terduga/ resiko tak terduga.

Bagaimana tanggapan anda mengenai dana yang sempat menjadi sorotan saat Dialog Akademik?

Saya kurang sependapat dengan seseorang yang memojokkan saat itu. Selain itu, dana 70 % yang mengalir di jurusan juga terkesan tidak lancar. (MR/CT/IR/IM)